Powered By Blogger

Sabtu, 28 Februari 2015

Dia Aku Kamu Kita



Terurai kisah ceritakan tentang dia aku kamu kita. Mungkin ini akan menjadi cerita yang konyol. Dulu aku pikir, aku tidak akan pernah merasakan cinta lagi. Setelah semuanya, pikiran  dan hati ini hanya untk dia, iya dia. Hari-hari terasa lebih menyenangkan dengan hanya mengingat nama itu, hanya dengan empat huruf yang ketika dihubungkan menjadi ****. Dia yang baru aku kenal, dia yang membuat irama jantung ini layaknya jawcrusher yang sedang beroperasi. Untuk pertamakalinya aku sayang segitunya, tanpa aku tahu alasannya. Untuk pertamakalinya aku menatap dalam sepasang mata indah. Untuk pertamakalinya aku serasa melting (besi kali) dengan senyuman indah itu. Masih begitu jelas teringat, wajah ini merona saat aku berhadapan langsung dengan sosok indah itu. Dia sempat menjadi yang pertama di dalam setiap doa-doaku selain mama papa dan ketiga adikku. Dia sempat menjadi alasan pertama mengapa aku harus lebih baik. Dia sempat menjadi yang pertama yang terbersit saat aku bangun dari tidur. Dia yang memberiku kesempatan memikirkan semua tentang dia di sela-sela kesibukanku sebagai mahasiswa teknik kimia. Dia yang mengajarkan aku manisnya cinta, tapi dia lupa mengajari aku cara menghilangkan rasa pahit nya ketakutan akan kehilangan, ketakutan itu semakin berlarut sampai akhirnya dia pergi. Dia pergi meninggalkan segudang pertanyaan. Kepergiannya membuat aku kembali mengacuhkan banyak hal, membuat aku muak dengan sebuah hubungan yang nggak jelas tujuannya yaitu pacaran. Aku yang merasa sangat menyedihkan. Aku yang tidak tahu bagaimana cara menghilangkan namanya walau aku tak ingin mengingatnya. Akhirnya aku terlalu sibuk mencari berbagai cara itu, dimulai dengan membuang semua tulisan tentang dia, membuang lukisan wajahnya, menghapus semua kontak yang berhubungan dengan dia, mencoba membuka sedikit pikiran bahwa nggak semua pria seperti dia. Memulai hubungan baik dengan teman-teman baru.  Aku hampir bisa melupakan nama itu, tapi karena aku kembali merasakan kecewa dari seseorang yang aku suka, akhirnya nama itu kembali memenuhi pikiran ini. Kesedihan itu kembali membuat aku merasa menyedihkan, aku yang  jadi sering berlama-lama mendengarkan lagu galau, aku yang tiba-tiba menyukai makanan pedas, aku yang sering bergadang hanya karena mengingat nama itu, aku yang lebih sering diam, aku yang lebih sering uring-uringan, aku yang lebih sering demam, aku yang lebih sering menangis, aku yang jadi malas untuk belajar, yang membuat ipkku menurun drastis, aku merasa sangat bodoh, sampai akhirnya ada seseorang yang hadir dalam mimpiku. yang mengatakan cinta itu nggak pamrih, tapi cinta butuh perjuangan. Cinta itu seperti hujan? Aku masih binggung atas dasar apa pemikiran itu. Tapi aku akan berusaha untuk mencari maksud dari kalimat itu. Kamu.... Seseorang itu kamu, iya kamu. Kamu yang aku nggak tahu dimana, kamu yang belum aku kenal, tapi kehadiranmu dalam setiap mimpiku saat ini benar-benar membuat aku sadar. Aku bukanlah satu-satunya wanita yang menyedihkan di dunia ini, sebaliknya harusnya aku sangat bersyukur karena paling tidak aku pernah merasakan cinta itu. Menguatkan aku atas dasar kekecewaan, membuat aku lebih selektif dalam berteman. Karena aku yakin wanita terbaik hanya untuk laki-laki terbaik pula. Untuk dia yang memiliki pacar, untuk dia yang hampir menjadikan aku orang ketiga dihubungan mereka. Untuk dia. Terimakasih pernah datang, lalu menghilang. Terimakasih pernah ada, lalu tiada. Terimakasih pernah menghibur, lalu kabur. Terimakasih pernah meninggikan harap, lalu menjatuhkan. Terimakasih pernah mendekat, lalu menjauh. Terimakasih pernah peduli, lalu acuh. Terimakasih kamu pernah menjadi anugrah terindah yang pernah kumiliki kakak.