Terurai
kisah ceritakan tentang dia aku kamu kita. Mungkin ini akan menjadi cerita yang
konyol. Dulu aku pikir, aku tidak akan pernah merasakan cinta lagi. Setelah
semuanya, pikiran dan hati ini hanya
untk dia, iya dia. Hari-hari terasa lebih menyenangkan dengan hanya mengingat
nama itu, hanya dengan empat huruf yang ketika dihubungkan menjadi ****. Dia
yang baru aku kenal, dia yang membuat irama jantung ini layaknya jawcrusher
yang sedang beroperasi. Untuk pertamakalinya aku sayang segitunya, tanpa aku
tahu alasannya. Untuk pertamakalinya aku menatap dalam sepasang mata indah.
Untuk pertamakalinya aku serasa melting (besi kali) dengan senyuman indah itu.
Masih begitu jelas teringat, wajah ini merona saat aku berhadapan langsung
dengan sosok indah itu. Dia sempat menjadi yang pertama di dalam setiap
doa-doaku selain mama papa dan ketiga adikku. Dia sempat menjadi alasan pertama
mengapa aku harus lebih baik. Dia sempat menjadi yang pertama yang terbersit
saat aku bangun dari tidur. Dia yang memberiku kesempatan memikirkan semua
tentang dia di sela-sela kesibukanku sebagai mahasiswa teknik kimia. Dia yang
mengajarkan aku manisnya cinta, tapi dia lupa mengajari aku cara menghilangkan
rasa pahit nya ketakutan akan kehilangan, ketakutan itu semakin berlarut sampai
akhirnya dia pergi. Dia pergi meninggalkan segudang pertanyaan. Kepergiannya
membuat aku kembali mengacuhkan banyak hal, membuat aku muak dengan sebuah
hubungan yang nggak jelas tujuannya yaitu pacaran. Aku yang merasa sangat
menyedihkan. Aku yang tidak tahu bagaimana cara menghilangkan namanya walau aku
tak ingin mengingatnya. Akhirnya aku terlalu sibuk mencari berbagai cara itu,
dimulai dengan membuang semua tulisan tentang dia, membuang lukisan wajahnya,
menghapus semua kontak yang berhubungan dengan dia, mencoba membuka sedikit
pikiran bahwa nggak semua pria seperti dia. Memulai hubungan baik dengan
teman-teman baru. Aku hampir bisa
melupakan nama itu, tapi karena aku kembali merasakan kecewa dari seseorang
yang aku suka, akhirnya nama itu kembali memenuhi pikiran ini. Kesedihan itu
kembali membuat aku merasa menyedihkan, aku yang jadi sering berlama-lama mendengarkan lagu
galau, aku yang tiba-tiba menyukai makanan pedas, aku yang sering bergadang
hanya karena mengingat nama itu, aku yang lebih sering diam, aku yang lebih
sering uring-uringan, aku yang lebih sering demam, aku yang lebih sering
menangis, aku yang jadi malas untuk belajar, yang membuat ipkku menurun
drastis, aku merasa sangat bodoh, sampai akhirnya ada seseorang yang hadir
dalam mimpiku. yang mengatakan cinta itu nggak pamrih, tapi cinta butuh
perjuangan. Cinta itu seperti hujan? Aku masih binggung atas dasar apa
pemikiran itu. Tapi aku akan berusaha untuk mencari maksud dari kalimat itu. Kamu....
Seseorang itu kamu, iya kamu. Kamu yang aku nggak tahu dimana, kamu yang belum
aku kenal, tapi kehadiranmu dalam setiap mimpiku saat ini benar-benar membuat
aku sadar. Aku bukanlah satu-satunya wanita yang menyedihkan di dunia ini,
sebaliknya harusnya aku sangat bersyukur karena paling tidak aku pernah
merasakan cinta itu. Menguatkan aku atas dasar kekecewaan, membuat aku lebih
selektif dalam berteman. Karena aku yakin wanita terbaik hanya untuk laki-laki
terbaik pula. Untuk dia yang memiliki pacar, untuk dia yang hampir menjadikan
aku orang ketiga dihubungan mereka. Untuk dia. Terimakasih pernah datang, lalu
menghilang. Terimakasih pernah ada, lalu tiada. Terimakasih pernah menghibur,
lalu kabur. Terimakasih pernah meninggikan harap, lalu menjatuhkan. Terimakasih
pernah mendekat, lalu menjauh. Terimakasih pernah peduli, lalu acuh. Terimakasih
kamu pernah menjadi anugrah terindah yang pernah kumiliki kakak.